Sebelum kejadian itu dikabarkan Y dikabarkan meminta ibunya untuk dibelikan HP. Karena keterbatasan ekonomi, sang ibu tidak sanggup membelikan HP.
Pada saat tidak dibelikan HP, Y kerap marah-marah hingga menyebabkan pintu rumahnya rusak. “Itu mas (dengan menunjuk ke arah pintu rumah Y, red) pintu rumahnya rusak saat Y mengamuk tidak dibelikan HP oleh ibunya,” terang Handoyo tetangga tersangka di kawasan Wonokromo.
Masih menurut Handoyo, di kampung tersangka ini memang sudah dikenal memiliki perilaku yang kurang baik,hingga keluar dari sekolahnya. Warga juga sudah geram dengan perilaku Y.
“Anak ini sudah tiga kali mencongkel kotak amal masjid dan berhasil dibawah kabur. Saat diinterogasi oleh warga dia sempat tidak mengakui perbuatannya. Ketika di ancam akan dilaporkan ke polisi akhirnya Y mengakui perbuatannya itu.” terang lelaki yang juga pengurus RT.
Masih lanjut dia, tersangka Y usai melakukan pembunuhan terhadap korban, tidak ada gelagat yang mencurigakan. Bahkan masi bersikap wajar dan tetap beraktifitas seperti biasa.
“Saat polisi berhasil menangkap Y di rumahnya dan melakukan interogasi di tempat beserta ketua RT tentang HP yang di milikinya Y mengaku beli di pasar maling,”terang Handoyo.
Saat awak media mencoba mendatangi rumah tersangka, tampak sepi. Setelah beberapa kali mengetuk pintu, akhirnya keluar seorang wanita yang merupakan ibu dari tersangka Y.
Ketika hendak diwancara oleh awak media, sang ibu enggan untuk diwawancarai. ” Maaf ya,” cetusnya.
Seperti diketahui, sesosok mayat wanita ditemukan dalam kondisi sudah membusuk di bangunan cagar budaya Benteng Kedung Cowek, Surabaya. Korban itu ternyata N (14), warga Jalan Kedungmangu, Surabaya, yang sempat dilaporkan hilang pada 16 April lalu. Polisi akhirnya berhasil menangkap tersangka.
Red