Menurut Imam, debat tersebut tidak mencerminkan diskusi publik yang seharusnya dinamis dan interaktif, tetapi lebih menyerupai sebuah monolog sepihak.
"Pak Eri (Eri Cahyadi) dan Pak Armuji sudah cukup baik dalam menyampaikan hasil kinerja dan program kedepan, juga dalam menjawab pertanyaan. Tetapi keberadaan panelis seperti tidak ada manfaatnya," ujar Imam saat ditemui di sela-sela rapat Paripurna Dewan, Kamis (17/10/2024).
Imam juga menyoroti mekanisme tanya jawab yang menurutnya tidak memberi kesempatan bagi panelis untuk mendalami jawaban dari calon wali kota, Eri Cahyadi, dan wakilnya, Armuji.
"Panelis hanya duduk manis. Pertanyaan mereka pun dibacakan oleh presenter. Panelis tidak diberikan waktu yang cukup untuk mengelaborasi. Panelis hanya berfungsi seperti hiasan di panggung," tegas Imam, yang pernah menjabat sebagai direktur televisi swasta.
Kritikan tersebut mencerminkan kekecewaan terhadap KPU Surabaya, yang dianggap gagal menghadirkan debat publik yang substansial.
Debat Publik Pilkada, Imam Syafi'i: KPU Surabaya Boros Anggaran
Selain itu, Imam mempertanyakan kehadiran banyak audiens atau suporter dalam acara tersebut. "Mereka itu dibutuhkan kalau calon lebih dari satu, supaya suasana happening dan meriah. Tapi kalau hanya satu calon, apa gunanya? Biaya yang dikeluarkan bisa berkurang kalau tidak perlu mengundang banyak orang?" terangnya.
Sehingga jika ada sisa anggaran bisa dikembalikan. "Anggaran jangan dihabiskan dan dipas-paskan hanya karena sudah disiapkan. Kalau ada sisa, sebaiknya dikembalikan," tegas mantan jurnalis senior ini.
Ia menambahkan bahwa KPU Surabaya harus mampu menyelenggarakan debat publik Pilkada yang tetap menarik meskipun hanya ada satu calon. "Yang penting, jangan sampai masyarakat menilai bahwa KPU Surabaya hanya memboroskan anggaran padahal bisa dihemat," tutup Politisi NasDem tersebut.
(Red)