Diana samar selaku humas gerakan coblos kotak kosong menuturkan " Dengan hilangnya banner coblos kotak kosong secara masif membuat kita lebih berfikir kreatif dalam bersosialisasi kotak kosong ke masyarakat, dan kita akan hadir di tiap tiap titik - titik strategis di perempatan jalan kota surabaya.
Dan yang perlu disepakati adalah pencurian banner banner kotak kosong membuktikan bahwa petahana tidak fairplay dalam menghadapi kontestasi politik.
Untuk itu saya menghimbau kepada masyarakat surabaya agar lebih jeli dalam memilih seorang pemimpin, dan tolak ukur kami adalah bu Risma, kalau erji lebih baik dari pada bu Risma monggo silahkan coblos erji, namun apabila sebaliknya lebih baik pilih kotak kosong, Tegasnya
Dengan memilih kotak kosong artinya rakyat melawan matinya demokrasi. Karena tidak ada satupun monopoli yang bisa dianggap mewakili demokrasi.
Perlu ditekankan untuk dipahami bahwa demokrasi itu ada tentunya harus ada pilihan dan tidak boleh calon tunggal, dan saya akan menanyakan kepada seluruh partai, dimana tanggung jawab moral ketika tidak bisa memberikan kader - kader terbaiknya untuk memimpin kota Surabaya.
Sekali lagi saya tekankan bahwa hilangnya suara kami melalui banner - banner yang dicuri patut disinyalir strategi dari petahana untuk mengacaukan fokus kami dalam mensosalisasikan pilih kotak kosong.
Kepada Bawaslu kami minta untuk bersikap tegas dalam menjaga marwah institusi dalam melakukan pengawasan pilkada di Surabaya " Pungkasnya
(*)